Minggu, 16 Oktober 2011

Muhammadiyah Kerahkan Massa Jika Insiden 'Baptis' Massal SD Bekasi Tak Diusut


BEKASI (voa-islam.com) – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Bekasi mengecam keras upaya kristenisasi yang dilakukan kelompok misionaris radikal dengan modus baptis massal di beberapa sekolah dasar di Kabupaten Bekasi. Warga persyarikatan Muhammadiyah siap kerahkan massa bila kasus bernuansa SARA yang mengancam akidah umat ini tidak diusut tuntas oleh aparat pemerintah dan kepolisian.
Pernyataan itu disampaikan Drs Sudarno Sumodimejo, Wakil Ketua PDM Kabupaten Bekasi, menanggapi maraknya kristenisasi di beberapa sekolah dasar Kabupaten Bekasi belakangan ini. Ia sangat menyesalkan penyebaran agama lain kepada umat Islam, apalagi itu dilakukan dengan cara-cara yang licik dengan mendompleng institusi Mobil Pintar yang digagas Ibu Negara Ani Yudhoyono.
“Jika misionaris menggunakan institusi, maka kita protes keras kepada institusi itu. Bila perlu kita somasi mereka dan kita adukan ke Polres Bekasi untuk menindaklanjuti insiden tersebut,” ujarnya  kepada voa-islam.com, Ahad (16/10/2011).

Supaya insiden bernuansa SARA di lingkungan sekolah dasar Bekasi ini tidak meresahkan umat, Muhammadiyah mendesak kepada aparat kepolisian dan Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi untuk mengusut tuntas sampai ke akar-akarnya. “Usut tuntas kejadian tersebut, termasuk aktor intelektual yang  terlibat. Bila perlu bekerjasama dengan kelompok elemen masyarakat, LSM, ormas Islam dan MUI,” tandasnya.

Namun jika aparat pemerintah dan kepolisian tidak tanggap terhadap kasus yang menzalimi akidah umat, Muhammadiyah Bekasi mengancam akan mengerahkan masa. “Pengerahan masa merupakan langkah terakhir jika semua pihak baik dinas pendidikan maupun kepolisian tidak merespon positif protes atas kejadian tersebut,” ancam Sudarno yang juga pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bekasi itu.

Supaya tidak memperkeruh suasana, Muhammadiyah mengingatkan agar umat Islam waspada dan tidak mudah ditunggangi oleh penumpang gelap di balik insiden bernuansa SARA tersebut. Menurutnya, momentum ini mudah dimanfaatkan orang tak bertanggungjawab demi kepentingan pribadi dan golongan.

Membela agama dari gerakan pemurtadan, lanjut Darno, adalah kewajiban semua umat Islam. Tapi pembelaan itu harus jauh dari tindakan anarkisme yang  justru merusak citra umat Islam. “Jika para misionaris itu melecehkan agama Islam, maka wajib hukumnya kita umat Islam membela sampai detik darah penghabisan,” pungkasnya.

Seperti diberitakan voa-islam.com sebelumnya, insiden bernuansa SARA dilakukan sekelompok misionaris di beberapa SD Negeri dan SD Islam di Kabupaten Bekasi, hari kamis (6/10/2011), antara lain: SDN Mangunjaya 01, SDN Mangunjaya 05, SDN Mekarsari 03, SDN Mekarsari 06, SDN Mekarsari 07, SDN Mekarsari 08, SD Islam Al-Hikmah, dan masih banyak lagi. Modusnya, belasan misionaris ini masuk ke sekolah-sekolah menawarkan program edukasi dan motivasi yang mendompleng program Mobil Pintar yang digagas Ibu Negara Ani Yudhoyono.

Dalam aksinya, belasan misionaris ini menyebarkan kekristenan melalui cerita-cerita, renungan dan lagu-lagu Kristen. Yang membuat resah pihak sekolah, para misionaris ini membagi-bagikan tas dan alat tulis bercorak Kristen yang memuat ayat-ayat Bibel. Prosesi puncaknya, para misionaris itu melakukan doa pemberkatan dan menciprati siswa-siswi SD dengan air yang mereka yakini sebagai air suci. Pihak guru dan beberapa ustadz mantan Kristen, menyebut prosesi itu sebagai pembaptisan.

Menurut Bernard Abdul Jabbar, mantan misionaris yang sekarang hijrah menjadi Muslim taat, di beberapa denominasi gereja terdapat prosesi baptis dengan pencipratan air. “Di Kristen ada berbagai prosesi baptis, di antaranya baptis selam dan baptis percik,” jelas Bernard yang juga Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Bekasi itu. [taz]

Rabu, 12 Oktober 2011

KISAH PUTRI KECIL DAN AYAHNYA


Bismillahir-Rahmanir-Rahim ... Suatu ketika tanpa sengaja, seorang gadis kecil melihat Ayahnya tengah mengusap-usap wajahnya sendiri yang nampak mulai keriput dengan badannya yang mulai sedikit bongkok, disertai dengan suara batuk yang begitu parau.

...Gadis kecil itu lalu memberanikan diri untuk bertanya,
"Ayah... kenapa wajah Ayah kian hari kian keriput dengan badan yang kian membungkuk?"

Sang ayah yang sedang beristirahat di beranda rumah pun lalu menjawab singkat,
"Sebab Ayahmu ini laki-laki, Nak..."

Gadis kecil itu nampak bingung dan berguman dalam sendirinya,
"Saya ndak ngerti apa yang Ayah maksud...?"

Dengan kening berkerut, ia nampak termenung dalam kebingungannya. Namun Ayahnya hanya tersenyum sambil membelai rambut anaknya itu, lalu menepuk-nepuk pundaknya, kemudian berkata,

"Anakku, memang belum saatnya kamu mengerti banyak tentang lelaki..."

Demikianlah bisik sang Ayah, yang justru malah membuatnya semakin bingung.
Karena perasaan ingin tahunya yang cukup besar, gadis kecil itu lalu menghampiri Ibunya dan bertanya,

"Ibu, kenapa wajah Ayah jadi keriput dan badannya kian hari kian membungkuk ? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit ?"

Ibunya pun menjawab,

"Anakku... jika seorang lelaki benar-benar bertanggung-jawab terhadap keluarganya, ya memang akan seperti itu nantinya..."

Hanya itu jawaban Ibunya. Gadis itupun semakin mengerutkan keningnya. Ia masih belum mengerti, apa maksud dari jawaban Ibunya tadi.

Hari pun berganti dan waktu kian berlalu... sekarang gadis kecil itu sudah besar dan menjadi dewasa, tetapi dia tetap masih bingung juga, mencari-cari jawaban, kenapa wajah ayahnya yang dulu tampan, sekarang jadi keriput dan badannya kian membungkuk?

Hingga pada suatu malam, dia bermimpi di satu tidurnya.

Dalam mimpinya itu seolah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali kata-katanya, yang ternyata itu adalah suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban atas kebingungannya selama ini.

"Saat Aku menciptakan seorang lelaki... Aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga. Dia senantiasa akan berusaha untuk menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan terlindungi"

"Ku ciptakan untuknya bahu yang kuat dan berotot agar mampu membanting-tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya"

"Ku berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walau terkadang seringkali dia mendapat cercaan dari anak-anaknya"

"Ku berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah. Demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari. Demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan karena tersiram air hujan dan dihembus angin malam. Dia relakan tenaga perkasanya dicurahkan demi keluarganya. Dan yang selalu dia ingat adalah di saat semua anggota keluarga menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih-payahnya"

"Ku berikan kesabaran, ketekunan serta kesungguhan, yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya, keletihan dan kesakitan kerapkali menyerangnya"

"Ku berikan perasaan ulet dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, dalam suasana dan situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya.
Padahal perasaannya itu pulalah yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara"

"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengertian dan kesadaran terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan dikotak-katikkan oleh anak-anaknya"

"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan, bahwa istri yang baik adalah istri yang setia terhadap suaminya. Istri yang baik adalah istri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada istrinya, agar tetap berdiri, bertahan, sepadan dan saling melengkapi serta saling menyayangi"

"Ku berikan keriput diwajahnya agar menjadi bukti, bahwa lelaki itu senantiasa berusaha sekuat daya fikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya dapat hidup dalam keluarga bahagia. Dan Ku jadikan badannya kian bongkok agar dapat membuktikan, bahwa sebagai lelaki yang bertanggung-jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, kesungguhannya demi kelanjutan hidup keluarganya"

"Ku berikan kepada lelaki tanggung-jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimilikinya, walaupun sebenarnya tanggung-jawab ini adalah amanah di dunia dan juga di akhirat nanti"

Tersentaklah gadis itu dan terbangun dari tidurnya. Segera dia berlari, berlutut dan berdoa hingga menjelang subuh, setelah itu dia hampiri peraduan ayahnya. Ia dapati sang Ayah sedang bersujud dan barulah ketika ayahnya berdiri gadis itu menggenggam dan mencium telapak tangan ayahnya.

"Ampuni anakmu ini Ayah...
Sungguh aku bisa ikut merasakan betapa berat bebanmu selama ini...."

Jika saat ini Sang Ayah juga Ibu masih bisa menemani menjalani hidup ini, jangan pernah kalian sia-siakan kesempatan untuk membuat hatinya merasa tersanjung bahagia. Tapi bila Sang Ayah dan Ibu telah tiada, jangan putuskan tali silaturahmi yang telah dirintisnya, doakanlah agar Tuhan selalu menjaganya dengan sebaik-baiknya, Amin."

Dia adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat dimata keluarga, bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis, dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu.

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal....

Ayah? MENAKJUBKAN!

Ternyata Ayah itu MENAKJUBKAN! !!!

Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun - dan (tapi) selalu membutuhkan kehadirannya.

Ayah membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil, tapi dia tidak ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar. Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret. Ayah selalu tepat janji! Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun ajakanmu untuk pergi sebenarnya lebih menyenangkan.

Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain dengan teman-teman mereka.karena dia sadar itu adalah akhir masa kecil mereka.

Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil (mengandungmu) , tapi begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi. Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung di atas air setelah ia melepaskanya.

Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu mencarinya. Ayah mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia tampak baik dan menyayangi.

Ayah lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup Ayah benar-benar senang membantu seseorang... tapi ia sukar meminta bantuan.

Ayah di dapur. Membuat memasak seperti penjelajahan ilmiah. Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan rumit itu. Dan hasilnya?... .mmmmhhh..." tidak terlalu mengecewakan" ^_~

Ayah mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar dengan cepat.

Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang tapi tidak takut.

Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu dibahunya, ketika pawai lewat. Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya. Ayah menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa
tidak setujunya. Ayah percaya orang harus tepat waktu. karena itu dia selalu lebih awal menunggumu.

AYAH ITU MURAH HATI.....
Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang kamu butuhkan.... .
Ia menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin bicara...

Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp mu tiap semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya....
Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya disekeliling beban itu....

Ayah akan berkata ,, tanyakan saja pada ibumu" Ketika ia ingin berkata ,,tidak"
Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya kepregok menghisap rokok dikamar mandi.
Ayah mengatakan ,, tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan"

Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan sesuatu hal yang baik persis seperti caranya....
Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri....
Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.

Ayah tidak suka meneteskan air mata ....
ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertama kalinya, dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya (ssst..tapi sekali lagi ini bukan menangis)

ketika kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasa takutmu...ketika kau mimpi akan dibunuh monster... tapi.....ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam, ketika anak gadis kesayangannya di rantau tak memberi kabar selama hampir satu bulan.

Ayah pernah berkata :" kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkwalitas tinggi, janganlah mencarinya dipasar apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya. begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu,jika kau ingin mendaptkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya"

Untuk masa depan anak lelakinya Ayah berpesan: ,,jadilah lebih kuat dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang lebih baik dari ibumu , berikan yang lebih baik untuk menantu dan cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah ku beri padamu"

Dan Untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan :" jangan cengeng meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kau
gantikan posisi Ayah di hatimu"

Ayah bersikeras,bahwa anak-anakmu kelak harus bersikap lebih baik daripada kamu dulu....
Ayah bisa membuatmu percaya diri... karena ia percaya padamu...
Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba melakukan yang terbaik....
Dan terpenting adalah...
Ayah tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Tuhan, bahkan dia akan membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cintaNya, karena diapun mencintaimu karena cintaNya.

Selasa, 11 Oktober 2011

Sukses adalah Hak Saya: Bila Gagal, Bangkit Lagi !


Prinsip Utama 20: Bangkit Lagi
Jangan ukur seseorang dengan menghitung berapa kali dia jatuh, ukurlah ia dengan beberapa kali dia sanggup bangkit kembali. Seseorang yang mampu bangkit kembali setelah jatuh, tidak akan putus asa.
Menyedihkan, mendengar bahwa banyak orang seperti mereka, setelah sekali dua kali gagal, memilih untuk menetap di situ dan akhirnya mati sebagai orang yang sebenar-benarnya gagal, tersungkur, dan tidak bangkit lagi.
Apakah kualitas diri kita akan membantu bangkit kembali setelah kita terjatuh? Kualitas diri sendiri adalah sesuatu yang mesti saya sebutkan, karena kalau tidak, makna buku ini panduan ini tidak sempurna.
”Tidak ada apapun di dunia ini yang bisa menggantikannya. Bakat pun tidak; Banyak sekali orang berbakat yang tidak sukses. Kejeniusan pun tidak; Jenius yang tidak sukses sudah hampir menjadi olok-olokan. Pendidikan pun tidak; dunia ini penuh dengan orang terpelajar. Hanya kemauan dan ketabahan saja yang paling ampuh.”
Ya, ketabahan, yakni kemampuan bangkit kembali untuk ke sekian kalinya setelah terjatuh. Dalam benturan antara sungai dengan batu, air sungai senantiasa menang bukan dengan kekuatan tapi dengan ketabahan. Seberapa jauh Anda jatuh tidak menjadi masalah, tetapi yang penting seberapa sering Anda bang­kit kembali.
Apabila Anda dapat terus mencoba setelah tiga kegagalan, Anda dapat mempertimbangkan diri untuk menjadi pemimpin dalam pekerjaan Anda sekarang. Jika Anda terus mencoba setelah mengalami belasan kegagalan, ini berarti benih kejeniusan sedang tumbuh dalam diri Anda.
Thomas Alfa Edison, saat ditanya, bagaimana ia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal? Penemu bola lampu dan pendiri perusahaan kelas dunia, General Electric ini menjawab, ”Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.”
Sungai Colorado mengalir tabah terus-menerus, melahirkan Grand Canyon. Charles Goodyear yang tekun, membuahkan ban yang memungkinkan kendaraaan melaju kencang. Tabahnya Wright bersaudara membuahkan pesawat terbang. Bethoven, mengisi dunia dengan musik inspiratif, John Milton membuahkan karya puisi indah yang menyejukkan hati, perempuan tunanetra yang tegar Helen Keller, memberikan harapan kepada semua or­ang cacat, ketabahan Abraham Lincoln membuatnya terpilih menjadi Presiden, dan tentu, Thomas Alfa Edison, memberi kita cahaya listrik. Kesuksesan tergantung pada kekuatan untuk bertahan. Kurang tabah merupakan salah satu alasan orang gagal dalam bisnis, politik, dan kehidupan pribadi.
”Setiap orang sukses menyatakan bahwa kesuksesan hanya berada di luar ketika mereka yakin idenya akan berhasil,” Dr. Napoleon Hill. (Selesai)

HARUSKAH BERCERAI?


“Rani ingin bercerai bu,” isak tangis Rani dibalik gagang telepon yang membuat ibunya tercengang. Tak tahu mau berkata apa, perceraian adalah hal yang biasa di dengar dimana-mana, menimpa siapa saja, dari artis sampai ustadz sekalipun namun tidak terbayang hancurnya hati seorang ibu bila perceraian itu menimpa anak gadisnya. Dari sejak mahasiswi, Rani terkenal sebagai aktivis kampus yang memiliki banyak kawan. Mula-mula ibu khawatir pada Rani karena dia begitu banyak kegiatan di luar sehingga khawatir lupa untuk menikah. Bahkan ibu juga pernah mendengar ketika Rani berbicara dengan gaya yang tegas lalu menutup telepon setelah memberi salam dengan intonasi suara yang tidak lembut sama sekali.
“Mana ada lelaki yang mau menikah dengan anakku bila semuanya digalakkan seperti begitu,” ucap sang ibu. Rani hanya tersenyum saja ketika ibu menasehatinya karena bagi Rani, ibu tidak mengerti konsep hijab dalam Islam yang mengajarkan wanita untuk bicara seperlunya saja pada lelaki dan tidak melembut-lembutkan suara.
Hai isteri-isteri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.(QS. Al-Ahzab [33] : 32)
Dengan berjalannya waktu, akhirnya ibu mengerti semua pemikiran dan permintaan Rani karena banyak hal-hal positif juga yang ibu lihat dalam akhlak Rani termasuk pernikahan Rani yang tidak mengenal pasangannya. Rani tidak mengenal pacaran sebagaimana anak-anak lain kawan ibunya Rani. Semua berlalu dengan sangat mulus, sampai akhirnya ibu mendengar isak tangisan Rani dari balik telepon yang mengatakan bahwa Rani ingin bercerai.
Masalah dalam rumah tangga memang selalu ada, maka tidak heran bila kita sering mendengar perkataan orang kepada calon mempelai, ”selamat menempuh hidup baru”. Ya, pernyataan itu memang tepat karena bila kita menikah, semuanya serba baru. Kehidupan yang betul-betul totally berubah, berubah 180 derajat, yang tadinya sendiri setelah menikah menjadi berdua, tadinya tidak punya tanggung jawab menjadi jadi punya tanggung jawab lalu punya anak yang terasa ajaib, “kok bisa ada makhluk kecil disampingku, datang dari mana yaa, kan awalnya cuma kita berdua dengan suami/istri,” begitu pikiran pasangan muda dalam penikahan bila baru dikaruniai anak. Hal-hal yang menakjubkan selama menjalani kehidupan pernikahan itulah yang dinamakan hidup baru, yang juga orang-orang katakan sebagai memasuki gerbang pernikahan. Masalah dalam pernikahan akan ditemukan pada setiap manusia, maka tak heran bila dikatakan menikah adalah setengah dien. Mengapa demikian, karena tanggungjawabnya banyak, masalahnya banyak dan pahalanya juga banyak serta hmm.. mungkin dosanya juga banyak.
“Bila menghadapi permasalahan dan mengerjakan tanggungjawab dengan cara yang tidak syar’i, apa alasanmu ingin bercerai Rani...” ibu bertanya keras kepada Rani. “Rani sudah tidak kuat lagi bu, bang Ihsan terlalu mendominasi dan terlalu memaksakan kehendak karena dia adalah pemimpin rumah tangga...”jawab Rani.
Satu hal terpenting dari sebuah rumah tangga adalah dahulukan syari’ah dalam mengambil keputusan, pentingkan komunikasi dua arah, tidak mudah suudzhon dan selalu mendahulukan sangka baik. Siapkan 1000 alasan untuk suudzhon dan yang terpenting usahakan segala cara untuk menyelamatkan pernikahan. Perbanyak ibadah dan berdo,a serta bersabar, banyak mengalah dan banyak lagi.. namun jangan jadikan bercerai sebagai solusi bagi semua masalah, ibarat orang hidup susah dan merasa hidup ini sangat menyusahkan maka berfikir bahwa bunuh diri adalah solusi untuk mengakhiri hidup ini. Ingatlah dunia tidak selalu indah dan langit tak selalu cerah sehingga masalah pasti ada. Ingatlah anak, ketika ingin bercerai dan renungkanlah setelah bercerai apakah hidup akan lebih baik atau tidak, bukan hanya untuk kita tapi juga untuk anak-anak. Murid saya disekolah pernah berkata, “hal yang paling menyedihkan dalam hidupku adalah bila ayah ibu jadi bercerai, rasanya kayak gempa bumi.”
Biasanya anak-anak yang orangtuanya bercerai akan menjadi pemurung, minder dan bermasalah di sekolah. Menurut pendapat kawan saya yang baru saja bercerai mengatakan bahwa perceraian sangat menyakitkan, hal yang paling menyakitkan dalam hidup. Percayalah bahwa bercerai bukanlah solusi yang terbaik dalam mengatasi masalah dalam pernikahan, maka tak heran bila dibenci Allah kan..? mungkin karena dampaknya itu lho.. seperti yang disabdakan Rasulullah dalam haditsnya,“Sesungguhnya perbuatan mubah tapi dibenci Allah adalah talak (cerai).” (HR. Muslim) dan “Perkara halal yang paling dibenci oleh Allah adalah perceraian.” (HR. Muslim)

Ketika Lelaki Lebih "Dahulukan" Daripada Wanita


Di masjid al Hidayah itu tak ada tempat buat wanita, Irsyad menjelaskan pada sang Bunda yang ngotot tetep ingin ikut I'tikaf.
“Bunda sholat dan I'tikaf di Rumah saja, Bunda, perempuan itu harus banyak-banyak di Rumah dan ibadah di Rumah, Bunda kan bisa jamaah dengan si Mbok.” Irsyad menjelaskan lagi pada Bunda yang hanya diam termangu.
Dalam hati Irsyad terharu dan bangga dengan semangat Bunda yang menggebu-gebu untuk perbanyak ibadah di bulan Ramadhan. Irsyad ingat dulu Bunda selalu diajak Ayah keliling untuk ibadah, dan melaksanakan sholat Magrib, berbuka dan tarawih keliling dan setiap 10 malam terakhir Ayah dan Bunda juga Irsyad dan ketiga adik lelakinya ikut semua I'tikaf di masjid tebesar di kecamatan makasar.
Irsyad ingat bagaimana Ayah selalu mencarikan dahulu tempat wudhu buat Bunda juga toilet, dipastikan toilet wanita yang biasanya ada paling pojok dan seringkali terkunci, masih layak dipakai oleh Bunda, dan Bunda manutsaja, ikut saja, Ayah yang mengerjakan semuanya.
Irsyad juga teringat ketika Umrah, bagaimana susahnya mencarikan tempat sholat buat Bunda, apalagi ketika itu Ramadhan dan suasana sangat berdesakan, batin Irsyad, jamaah kayak cendol uwel-uwelan, namun karena nikmat ibadah sangat luar biasa, sehingga semua itu hilang dari pikiran, namun tetap saja selalu terpikirkan ketika melihat Bunda akhirnya malah hilang tidak tahu ada dimana, karena shaf sholat untuk perempuan sangat sedikit, dan Bunda terhalau oleh askar-askar yang menjaga barisan sholat, dengan teriakan, “Yallah, yaalaa…”sambil mengibas ngibaskan lengan bajunya yang lebar, dan otomatis Bunda dan sebagian jamaah wanita lainnya terusir jauh entah kemana…sampai pusing Irsyad dan Ayah mencari Bunda, dan akhirnya Bunda ditemukan tengah menatap Ka'bah dan berdoa, dan salah satu do'a Bunda adalah agar dipertemukan dengan anak-anak dan Suaminya. Bunda walau nyasar tidak takut dan kata Bunda, asal tetap ada di Masjidil Haram, hati Bunda tenang, cuma kita yang lelaki menjadi tidak tenang.
Memang nampaknya seperti ada diskriminasi di tempat sholat lelaki dengan wanita, sulit untuk mencari tempat sholat buat wanita, dimana-mana penuh, dan sebagian besar untuk lelaki.
Lama merenung, akhirnya Bunda yang menjawab pada Irsyad, “Lelaki adalah pemimpin bagi wanita, dan Allah menghendaki lelaki memiliki kekuatan dalam beribadah, maka Allah ganjar dengan janji kalau sholat jamaah akan dapat 27 kali lipat, namun sholat jamaah di Masjid diwajibkan bagi para lelaki saja, bahkan sampai ada ancaman dari Rasulullah saw.”
Hadist dari Sahabat Abu Hurairah r.a berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh saya ingin memerintahkan para pemuda untuk mengumpulkan kayu bakar yang banyak, kemudiaan saya akan mendatangi orang-orang yang shalat di rumahnya tanpa udzur dan saya bakar rumah-rumah mereka.” (HR. Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah dan Turmudzi)
Tentu saja dengan keluar rumah dan sholat di Masjid para lelaki akan bertemu dengan sesama lelaki lainnya dan bisa membicarakan, memikirkan bersama dan mendiskusikan berbagai macam masalah dan memutuskan apa-apa yang baik buat umat dan masyarakat. Sedangkan perempuan hanya menunggu berita saja dan mengikuti dengan taat keputusan masyarakat yang diwakili oleh para lelaki, alias taat pada para Suami, apapun keputusan yang mereka buat, apalagi lelaki lebih rasional bukan?
Hal wajib lainnya adalah sholat Jum'at, diwajibkan bagi para lelaki bahkan ditambahkan dengan Khutbah Jumat yang wajib didengar, bila tidak didengarkan, maka tidak sah sholat jumatnya, ditambah lagi dengan ancaman bila 3X tidak jumatan, Ibnu ‘Abbas r.a, “Barangsiapa meninggalkan tiga kali shalat Jum’at berturut-turut, sungguh dia telah mencampakkan Islam ke belakang punggungnya (kafir).” (HR. Abu Ya’la, dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahiih at-Targhiib No. 732)
Tentu saja hal itu sangat baik bagi para lelaki bagi para Suami sebagai pemimpin keluarga, bahwa dengan adanya sholat Jumat wajib bagi para Suami, diharapkan para Suami yang akan membimbing dan memimpin wanita, Istri-istrinya di rumah dan memberikan ilmu-ilmu dan keterangan agama, sehingga wanita mendapatkan ilmu utamanya dari para lelaki Suami nya yang sholat Jumat, maka alangkah baiknya bila Khutbah Jumat didengarkan dengan seksama untuk disampaikan bagi para wanita yang tidak ikut sholat Jum'at.
Irsyad tertegun dengan jawaban Bunda, Bunda memang luar biasa, bagi Bunda sholat tarawih di Masjid maupun I'tikaf memang lebih syahdu dan khusyu bila dilakukan di Masjid, namun bila dilakukan dirumahpun tidak apa-apa Bunda, yang penting hatinya, bukan tempatnya.

Ketika Wanita Modern Menjadi Berani dan Agresif Terhadap Lelaki


Ibunya Imran memicingkan mata saat melihat kawan-kawan wanita anaknya melambaikan tangan dan bersikap ramah serta ceria kepada anak lelakinya.Imran yang pada sore Ahad yang cerah mengajak Ibunya ke supermarket itu kebetulan berpapasan dengan sekumpulan rekan wanita dan lelaki yang dimata Ibunya Imran, wanita-wanita itu terlihat terlalu lincah dan mesra.Hal itu lantas membuat Ibunya Imran yang sudah beranjak tua itu menjadi gelisah serta tidak nyaman, maka Ibu itu merasa risih.
“Zaman Ibu dulu, tidak ada anak gadis yang dengan kawan lelakinya begitu mesra dan akrab, apalagi dengan kamu saja yang hanya kawan begitu mesra, bagaimana dengan kekasihnya yaa..? kok mereka begitu berani terhadap lelaki..?” gumam Ibu bingung kepada Imran.
Lantas Imran pun menjawab, “Ah Ibu, zaman sekarang beda dengan zaman dahulu, kalau kawan-kawan Imran lincah karena memang hampir semua anak gadis di kota besar lincah dan menarik Bu, kalau tidak begitu bukan anak gadis namanya, nenek-nenek dong..” Gurauan Imran itu pun lantas membuat wajah Ibunya nampak heran.
Tidak lama kemudian Imran paham lalu menyergahnya dengan mengatakan, “Bahkan kawan-kawan Imran yang anak gaul, kalo mau berpisah pada cipika-cipiki, lelaki sama perempuan Bu, cuma Imran saja yang tidak ikut pergaulan yang seperti itu..” Lalu dengan wajah kebingungan Ibu berkata, “Apa itu cipika-cipiki?”
Ibunya Imran memang sudah lama tidak melihat kawan-kawannya Imran. Biasanya Imran membawa kawan-kawannya ke rumah namun semuanya lelaki. Baru sekali ini Ibu melihat bagaimana bebasnya dan beraninya pergaulan anak perempuan dengan anak lelaki di kota besar.
Saat ini Imran memang sudah kuliah tingkat 2 dan sebelumnya Ibu melihat kawan-kawan Imran di sekolah menengah dahulu biasa-biasa saja, tidak begitu akrab dan mesra serta berani dengan lelaki. Hal ini mungkin dikarenakan Imran sebelumnya lulus dari SMP dan SMA di pesantren sehingga adab-adab pergaulan sangat dijaga sehingga Ibu terperangah ketika Imran menjelaskan bahwa cipika-cipiki (cium pipi kanan dan kiri) sangat biasa di lingkungan kampus Imran.
Dalam hatinya Ibu berpikir, “kalau dulu cipika-cipiki hanya perempuan dengan perempuan saja, namun sekarang perempuan dengan lelaki.”
‘Dekat’, ‘merasa dekat’, ‘sudah seperti saudara sendiri’, ‘jangan telalu berlebihan’, ‘ah gak ada perasaan apa-apa kok’, ‘ah gak ada yang mikirin’, ‘dimana-mana begitu kok’, ‘orang gak ada apa-apa’, itulah ungkapan-ungkapan yang sering diucapkan oleh anak-anak muda zaman sekarang yang memiliki pergaulan sangat dekat dan akrab antara lelaki dengan perempuan.
Padahal mereka jelas-jelas bukanlah muhrim namun mereka tertawa bersama seperti saudara sendiri, makan dan minum dari piring dan gelas yang sama bahkan terkadang satu gelas diminum dari sedotan yang sama antara kawan lelaki dengan kawan perempuan.
Dalam pergaulannya, mereka itu bukan saudara, tidak pacaran, apalagi suami istri namun mereka mengaku bahwa itu adalah bagian dari cara pergaulan modern saat ini. Padahal jelas-jelas kedekatan seperti itu antara kawan lelaki dan kawan perempuan sungguh tidak dapat dibenarkan dalam islam.
Ada adab-adab pergaulan yang harus dijaga antara lelaki dan perempuan. Namun itu semua sudah longgar dimana di jaman modern seperti saat ini, kaum wanita merasa bebas untuk tertawa, duduk berdekatan dengan lelaki, minum dan makan bersama dengan kaum lelaki padahal dalam Islam dilarang untuk ikhtilat (bercampur).
Seringkali orang-orang yang merasa bahwa adab-adab pergaulan di dalam Islam tersebut sebagai suatu yang berlebihan, menanyakan tentang ayatnya mana? Menanyakan mana dalilnya tentang hijab tentang ikhtilat dan lain-lain.
Sungguh bila mereka mempelajari dan memikirkan sedikit, mengapa kaum wanita ketika sholat selalu ada dalam barisan belakang, hal ini agar lelaki dan wanita tidak bercampur. Maka cukuplah itu sebagai jawaban bahwasanya semua kaum wanita harus memisahkan diri dalam kegiatan apapun dengan kaum lelaki. Dan bila melihat bahwa dalam Al-Quran dikatakan bahwa; hidup ini adalah ibadah, (merujuk pada surah Adz Dzariyaat ayat 56 yang berbunyi ,“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (ibadah) kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat [51] : 56)
Maka dalam keadaan tidak sedang sholat pun seharusnya semua yang dilakukan bernilai ibadah termasuk pemisahan yang jelas antara perempuan dengan lelaki karena ketahuilah bahwasanya hal itu dapat menghindari fitnah dan dapat memuliakan wanita.
Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaknya mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya'.” (QS.An-Nur [24] : 30)
Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya'.” (QS. An-Nur [24] : 31)

Katakan "TIDAK" Pada Setan

Di sudut-sudut kampung penulis, terpampang tulisan dalam bentuk spanduk yang berbunyi: “kawasan bebas pekat”. Sebuah tulisan yang mengisyaratkan bahwa seluruh penduduk kampung diimbau untuk tidak melakukan tindakan apa pun yang bermakna maksiat, yang dikenal dalam khazanah budaya Jawa dengan sebutan “mo limo”, singkatan dari “maling, madat, minum, madon lan main”. Kurang lebih dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan dengan sikap “antipencurian, antirokok (candu), antiminuman keras, antiprostitusi dan antiperjudian” dalam segala bentuk derivasinya. Atau di kampus, salah satu sudut kampus penulis, terpampang sebuah spanduk berukuran besar bertuliskan: “say no to drug”. Sebuah sikap yang memerlukan komitmen tinggi dari seluruh komunitas yang berada pada kawasan tersebut.

Kalau di kampung dan kampus penulis, orang begitu apresiatif terhadap pesan moral pada spanduk itu, kenapa masih banyak orang yang masih belum paham terhadap imbauan para ulama dan tokoh masyarakat untuk tidak bersikap toleran terhadap segala sesuatu yang memang tidak selayaknya disikapi dengan (sikap) “tasamuh?” Apakah belum saatnya umat ini menyatakan “tidak” terhadap sesuatu yang harus disikapi dengan sikap “tidak”?. Dan bahkan pertanyaan radikalnya: “Apakah umat ini boleh dilarang untuk menyatakan yang haram adalah haram, dan yang halal adalah halal?”, padahal Rasulullah saw, dalam Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dari (sahabat) An-Nu’man bin Basyir, pernah menyatakan: “innal halâla bayyin, wa innal harama bayyin …” (yang halal dan yang haram sudah [sangat] ‘jelas’) , dan kita – umat Islam – tinggal menyikapinya dengan tegas, seperti apa yang dinyatakan oleh Allah dalam Qs Al-Baqarah [2]: 208: “… wa lâ tattabi’û khuthuwâtisy syaithân …” (jangan sampai kamu sekalian mengikuti langkah-langkah setan); dan juga bisa kita simak firmanNya dalam Qs Al-Baqarah [2]: 256: “qad tabayyanar rusydu minal ghayyi” (sesungguhnya sudah jelas sesuatu yang benar ketika dikomparasikan dengan sesuatu yang sesat).

Umat ini sebenarnya sudah memiliki standar baku dalam hal yang terkait dengan sikap keberagamaannya. Ada sesuatu yang masuk dalam kategori ‘ats-tsawâbit’ (semua hal yang tak mungkin berubah dan diubah untuk selamanya), yang di dalam istilah ushul fiqihnya dikenal dengan al-Qath’iyyât (sesuatu yang sudah pasti), atau yang juga dikenal dalam studi Hadits dengan sebutan ‘mutâwatir ‘amaliy’ (serangkaian Hadits yang sudah menjadi sesuatu yang diamalkan intisari ajarannya secara kolektif, dan tak pernah dipertanyakan keabsahannya). Seperti: “keabsahan Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul terakhir”; sebagaimana halnya kewajiban shalat lima waktu yang secara kolektif disepakati dalam bentuk ijma’. Semua itu tak mungkin diusik, apalagi digugat keabsahannya oleh seseorang atau kelompok orang dengan mengatasnamakan “Islam”.
Andaikata ada yang berani mengusik atau menggugat keabsahannya, jangan salahkan bila resistensi atas usikan dan gugatan itu akan menjadi sesuatu yang sulit dibendung. Umat Islam, pada umumnya, akan menjadi ‘gerah’ dan bisa jadi ‘marah’, dan sulit dikendalikan, karena keyakinannya sudah diusik dan digugat oleh orang-orang yang dianggap melawan arus besar pemahaman (dogmatik) mereka.

Penulis –hingga saat ini– masih belum bisa paham, kenapa masih banyak orang, yang dengan lantangnya meneriakkan kata ‘toleransi’ dalam konteks kebebasan dengan mengatasnamakan –misalnya– HAM (Hak Asasi Manusia). Apakah mereka tidak sadar, bahwa di seberang mereka juga ada HAM orang lain yang perlu dilindungi? Lebih jauh lagi penulis juga bertanya: “Apakah hidup ini harus hanya dibekali dengan kesadaran terhadap HAM untuk diri sendiri, tanpa harus ada kesadaran untuk melakukan sejumlah kewajiban dengan konsep KAM (Kewajiban Asasi Manusia), ketika kita sudah berada di ruang publik?” Semestinya, di saat kita merasa terusik ketika ada seseorang tengah melanggar HAM kita, kita pun juga harus tahu bahwa di seberang kita pasti ada sejumlah orang yang akan terusik ketika HAM mereka terlanggar. Ironis, bila ada sejumlah aktivis HAM yang begitu ‘dungu’ untuk memahami konsep HAM secara resiprokal (timbal-balik). Meneriakkan ‘yel-yel’ HAM, tetapi mereka sendiri tidak memahami apa esensi teriakan mereka.

Mencermati fenomena ini, penulis tiba-tiba ingat terhadap pernyataan Imam al-Ghazali dalam kitab Ihyâ ‘Ulûmiddîn, bahwa ada sekelompok orang yang tidak boleh tidak harus kita abaikan, dan sudah saatnya saat ini kita abaikan, termasuk teriakan-teriakannya, yaitu: rajulun lâ yadrî wa lâ yadrî annahu lâ yadrî (seseorang yang tidak tahu dan benar-benar tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu), orang ‘dungu’ yang tak sadar dengan ke’dungu’annya.

Bagi kita yang masih siuman dan sadar-diri untuk ber-Islam, jangan bimbang dan ragu untuk menyatakan bahwa setan adalah setan, dan jangan sampai terkecoh oleh ‘jubah’ mereka yang selalu bisa dipakai dengan penampilan-penampilan kosmetikalnya. Jangan katakan yang ‘halal’ menjadi ‘haram’, dan sebaliknya yang ‘haram’ menjadi ‘halal’. Tunjukkan konsistensi kita dengan sikap istiqamah yang harus kita tanam kokoh di hati kita, agar kita tetap bisa dengan lantang berteriak: “… isyhadû bi annâ muslimûn” (bersaksilah anda semua, bahwa kita adalah orang-orang Islam sejati) Ali Imran [3]: 64, meskipun bisa jadi membawa konsekuensi ‘negatif’, kita akan terpinggirkan karena sikap istiqâmah kita di tengah kerumunan orang-orang yang – dengan ke- ’dungu’annya – tengah menikmati kue-kue kenikmatan duniawi, dengan sejumlah pola budaya ‘korup’ mereka.

Sekali lagi, penulis teriakkan, katakan dengan tegas: “say no to satan” (katakan tidak kepada setan), dengan risiko apa pun!